Riset: Orang utan bersama separuh spesies primata Indonesia akan punah pada 2050 akibat perubahan iklim

Source >>>

Januari 21, 2022 11.14am WIB

Penulis

  1. Aryo Adhi Condro Doctoral candidate, IPB University

Pengungkapan

Aryo Adhi Condro menerima dana penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

Mitra

IPB University adalah mitra pendukung The Conversation ID.

Lihat semua mitra

CC BY NDThe Conversation mendukung arus bebas informasi
Artikel kami dapat ditayangkan ulang secara gratis dengan lisensi Creative Commons

Republikasi artikel ini

Sebagai salah satu negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman primata tertinggi ketiga setelah Brazil dan Madagaskar.

Ada lima famili primata yang hidup di Indonesia dengan keunikan masing-masing. Di antaranya monyet dunia lama (Cercopithecidae), kera besar (Hominidae), owa/ungka (Hylobatidae), kukang (Lorisidae), dan tarsius (Tarsidae).

Lima famili primata di Indonesia. Kera besar, monyet dunia lama, tarsius, owa, dan kukang (kiri ke kanan). Gambar gradasi biru ke merah menunjukkan dinamika suhu udara di Indonesia yang semakin memanas sejak tahun 1901-2020. Canva.com diolah dari Berkeley Earth, NOAA, UK Met Office, MeteoSwiss, DWD, SMHI, UoR, Meteo France & ZAMG

Sayang, aktivitas antropogenik yang mengakibatkan perubahan lahan dan iklim turut mengancam keberadaan primata tanah air. Mayoritas jenis primata yang ditemukan di Indonesia pun dikategorikan ke dalam status rawan, terancam, dan kritis berdasarkan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature atau IUCN).

Saya bersama tim dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, IPB University, mengeksplorasi dampak dari perubahan iklim terhadap primata di Indonesia melalui pendekatan pemodelan relung ekologi (ecological niche modeling).

Dapatkan rangkuman berita lingkungan hidup sepekan terakhir.

Daftar sekarang

Perhitungan ini disusun berdasarkan skenario mitigasi dan pesimistik (business as usual). Dalam skenario mitigasi (apabila laju emisi diredam), suhu udara rata-rata di Indonesia diperkirakan mencapai (23,6 – 29,1 ºC) pada 2050, atau meningkat sekitar 1,17 ºC dari kondisi saat ini.

Sedangkan pada skenario pesimistik, suhu rata-rata di Indonesia pada 2050 akan menyentuh (23,9 – 29,5 ºC) dengan peningkatan suhu rata-rata sekitar 1,40 ºC.

Penelitian kami mengungkapkan sekitar 30 jenis primata di Indonesia akan punah pada 2050 akibat perubahan iklim, termasuk orang utan sumatra dan kukang jawa. Angka ini setara dengan separuh dari total spesies primata yang ditemukan di tanah air.

Yang punah dan yang bertahan

Kukang jawa (Javan slow roris) Jefri Tarigan/Jefta Images

Kepunahan orang utan sumatra dan kukang jawa disebabkan oleh ruang hidup yang kian menyempit. Studi kami menunjukkan sekitar 37 jenis primata akan menyusut habitatnya sekitar 90% dari kondisi saat ini akibat dari perubahan iklim pada 2050. Penyusutan habitat akan menambah tekanan orang utan sumatra karena spesies ini tak memiliki kecakapan beradaptasi dalam lingkungan yang baru (dispersal capabilityketimbang spesies orang utan lainnya.

Selain penyusutan lahan, kenaikan suhu udara regional juga dipercaya dapat menyebabkan penurunan metabolisme dan penurunan laju reproduksi primata-primata tersebut. Hal lainnya yang meningkatkan ancaman kepunahan adalah penurunan kelimpahan pakan.

Beberapa wilayah di Indonesia, seperti di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera; kawasan Kalimantan Barat; pesisir selatan dan pegunungan di Pulau Jawa; dan Sulawesi Utara, akan mengalami penyusutan habitat primata terparah di masa depan.

Bornean Orangutans (Pongo pygmaeus) Bernard Dupont/Flickr

Berbeda dengan orang utan sumatra, kami memprediksi orang utan kalimantan akan beradaptasi dengan perubahan iklim. Spesies ini diprediksi ‘menang’ karena lebih sering beraktivitas di permukaan tanah karena minimnya predator. Namun, ekspansi yang terjadi pada beberapa jenis primata tersebut hanya sebesar 15% dari total sebarannya saat ini.

Selain orang utan kalimantan, ada juga 13 jenis primata yang mampu beradaptasi dari perubahan iklim dengan memperluas distribusinya.

Mayoritas jenis primata yang mengalami ekspansi habitat merupakan jenis primata generalist, yaitu spesies yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan apa pun dan dapat memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada.

Primata jenis ini misalnya beruk siberut, kukang sunda, owa kalawat, owa kelempiau, orangutan kalimantan, dan beberapa jenis lutung.


Baca juga: Riset: penebangan hutan di Sulawesi merusak habitat monyet dan kera lokal


Meski demikian, beberapa peneliti optimis bahwa konservasi primata dapat menekan terjadinya penurunan populasi primata yang masif. Namun, hal ini juga bergantung pada implementasi kebijakan dan pengelolaan kawasan konservasi yang menjadi habitat primata di Indonesia.

Jika kita tidak segera bertindak melindungi kelangsungan kawasan konservasi, maka ancaman lingkungan akan terus mengurangi populasi primata dengan cepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *